Sepotong chatting:"Do you believe in Islam?"
"Yes, but not in it's cultural dimension."
Saya jadi ingat seorang teman, dosen Universitas Islam Negeri Yogyakarta, mengatakan: Islam itu membebaskan! Berbincang selama berjam-jam dengan beliau hati jadi terasa sejuk, karena ajaran Islam dalam tutur katanya sejuk menenangkan.
Seorang teman di Fakultas Psikologi UGM mengatakan: You bandingkan aja deh, da'i dari UGM dan UIN, kalau yang dari UGM biasanya fanatik dan doktrin, kalau dari UIN biasanya berwawasan luas dan lebih bicara esensi daripada soal-soal perifer macem busana dll.
Oh benarkah? Saya mengenal 3 alumni UIN, dan satu tokoh dari UIN, dan sempat merasa juga sih, kalau mereka itu arif dan pandangannya terasa berwawasan luas. Yang dari UGM? Hmmm... sampelnya juga tidak banyak, tapi memang rada suka yang perifer.
Jelas ini bukan kesimpulan ilmiah, karena sampelnya bisa dihitung dengan jari dan tidak representatif. Tapi wahai alangkah nikmatnya, belajar agama dari sisi esensinya, bukan ritual dan soal-soal perifer..........
4 comments:
Like mother like son .. Saya minta lagi!!
*sedang hobi baca*
Tq ya Ton! BTW u orang yg thoughtful, jadi mana blog-nya?
singkat tapi dalem...
emang bener kadang ajaran agama tu dah ke campur ama kultur adat n budaya. tapi ya mau gimana lagi, dulu para penyebar agama islam di Jawa menyebarkan agamanya melalui adat dan budaya orang jawa yang masih menganut paganisme.
salam dari saya. pembaca setia blog anak anda, Herman Saksono.
Noor Rahmani said:
Tapi wahai alangkah nikmatnya, belajar agama dari sisi esensinya, bukan ritual dan soal-soal perifer..........
I said:
Sayangnya lebih banyak manusia yang asyik dengan urusan yang superfisial. Untuk menyelam ke dasar laut memang perlu masuk dari permukaan laut. Tapi kalau berhenti di permukaan, enggak akan sampai ke dasar. Padahal di dasar laut banyak amazing, fascinating, and unimaginable things yang sangat berharga, yang membuat si penyelam tidak mau naik ke permukaan lagi :)
Post a Comment