Tuesday, January 23, 2007

Angry


Gitu kali ya mukaku kalo sedang marah? Kemarin aku marah sekali karena suatu kejadian yang menurutku bodoh. Aku mendapat tugas dari bosku untuk menangani suatu pekerjaan. Tugas itu sudah kujalani selama setahun lebih. Aku sendiri merasa, karena beban pekerjaan lain sudah overload, tugas itu tidak kukerjakan dengan baik. Pendek kata, aku sendiri sudah merasa bahwa aku gagal melaksanakan tugas dari bosku. Walaupun begitu, aku tetap berusaha menunjukkan rasa tanggung jawabku dengan menyampaikan beberapa ide dan usulan berkaitan dengan tugasku itu.

Kemarin pagi, aku sempat ketemu bosku dan sempat mengusulkan lagi ide-ide berkaitan dengan tugasku itu. Waktu itu bosku tidak menanggapi dengan antusias dan aku merasa mungkin memang beliau sudah jengkel kepadaku. Tapi apa yang terjadi ketika siangnya aku kembali ke mejaku, kulihat Surat Keputusan yang memberhentikan aku darti tugas itu, dan mengangkat orang lain sebagai penggantinya, ditanda tangani oleh bosku. Surat keputusan itu dibuat berdasarkan rapat beliau dengan para asistennya, kira-kira sebulan yang lalu.

Waktu membaca surat keputusan itu, aku merasa biasa-biasa saja karena kuakui memang aku layak menerimanya. Aku tidak melakukan tugasku dengan baik. Tapi setelah kupikir-pikir, selama sebulan belakangan ini aku sering mendiskusikan beberapa ide dengan asistennya, dan pagi itu dengan bosku. Waktu itu mereka menanggapi omonganku itu dengan sikap kurang antusias dan sekarang aku tahu bahwa waktu mereka kuajak membahas ideku itu, mereka sudah tahu kalau aku sudah diberhentikan. Yang menurutku sangat aneh, kenapa mereka tidak membertahukan saja kepadaku bahwa aku sudah diberhentikan, dan bukannya tetap mendengarkan ideku dengan muka aneh tanpa ekspersi begitu?

Mikir begitu aku jadi merasa sangat bodoh dan aku jadi marah. Bagiku ini adalah bentuk inkapabilitas pimpinan di kantorku. Tidak begitu sikap seorang leader kan? Mestinya dia punya keberanian untuk menyampaikan secara tatap muka denganku bahwa aku sudah diberhentikan. Mestinya mereka juga punya keberanian menanggung resiko suasana tidak enak ketika menyampaikan hal itu kepadaku. Kurasa, begitulah pemimpin itu, orang yang mampu menyampakian sendiri keputusan-keputusannya dengan penuh percaya diri. Bukannya pengecut yang berlindung dibalik SK yang baru terbit sebulan kemudian sementara selama kurun sebulan itu terjadi diskusi dengan muka bodoh di antara kami.


Sekarang aku tidak marah lagi. Kupikir pemimpin seperti itu going nowhere. Since dia tidak bisa menyikapi persoalan di kantor dengan keberanian dan kesiapan menanggung segala resiko, kantornya juga going nowhere.

Eniwe, memang kantorku sekarang ini going nowhere.......

* Dikirim oleh D - Yogyakarta

No comments: