Saturday, January 27, 2007
Orang Suci
Tuesday, January 23, 2007
Angry
Gitu kali ya mukaku kalo sedang marah? Kemarin aku marah sekali karena suatu kejadian yang menurutku bodoh. Aku mendapat tugas dari bosku untuk menangani suatu pekerjaan. Tugas itu sudah kujalani selama setahun lebih. Aku sendiri merasa, karena beban pekerjaan lain sudah overload, tugas itu tidak kukerjakan dengan baik. Pendek kata, aku sendiri sudah merasa bahwa aku gagal melaksanakan tugas dari bosku. Walaupun begitu, aku tetap berusaha menunjukkan rasa tanggung jawabku dengan menyampaikan beberapa ide dan usulan berkaitan dengan tugasku itu.
Kemarin pagi, aku sempat ketemu bosku dan sempat mengusulkan lagi ide-ide berkaitan dengan tugasku itu. Waktu itu bosku tidak menanggapi dengan antusias dan aku merasa mungkin memang beliau sudah jengkel kepadaku. Tapi apa yang terjadi ketika siangnya aku kembali ke mejaku, kulihat Surat Keputusan yang memberhentikan aku darti tugas itu, dan mengangkat orang lain sebagai penggantinya, ditanda tangani oleh bosku. Surat keputusan itu dibuat berdasarkan rapat beliau dengan para asistennya, kira-kira sebulan yang lalu.
Waktu membaca surat keputusan itu, aku merasa biasa-biasa saja karena kuakui memang aku layak menerimanya. Aku tidak melakukan tugasku dengan baik. Tapi setelah kupikir-pikir, selama sebulan belakangan ini aku sering mendiskusikan beberapa ide dengan asistennya, dan pagi itu dengan bosku. Waktu itu mereka menanggapi omonganku itu dengan sikap kurang antusias dan sekarang aku tahu bahwa waktu mereka kuajak membahas ideku itu, mereka sudah tahu kalau aku sudah diberhentikan. Yang menurutku sangat aneh, kenapa mereka tidak membertahukan saja kepadaku bahwa aku sudah diberhentikan, dan bukannya tetap mendengarkan ideku dengan muka aneh tanpa ekspersi begitu?
Mikir begitu aku jadi merasa sangat bodoh dan aku jadi marah. Bagiku ini adalah bentuk inkapabilitas pimpinan di kantorku. Tidak begitu sikap seorang leader kan? Mestinya dia punya keberanian untuk menyampaikan secara tatap muka denganku bahwa aku sudah diberhentikan. Mestinya mereka juga punya keberanian menanggung resiko suasana tidak enak ketika menyampaikan hal itu kepadaku. Kurasa, begitulah pemimpin itu, orang yang mampu menyampakian sendiri keputusan-keputusannya dengan penuh percaya diri. Bukannya pengecut yang berlindung dibalik SK yang baru terbit sebulan kemudian sementara selama kurun sebulan itu terjadi diskusi dengan muka bodoh di antara kami.
Sekarang aku tidak marah lagi. Kupikir pemimpin seperti itu going nowhere. Since dia tidak bisa menyikapi persoalan di kantor dengan keberanian dan kesiapan menanggung segala resiko, kantornya juga going nowhere.
Eniwe, memang kantorku sekarang ini going nowhere.......
* Dikirim oleh D - Yogyakarta
Hmmm..............
Hmmmm... Sy gak tau apa judul dari posting ini. Adalah seorang pria, orangnya keren, background pendidikannya canggih dan karirnya oke banget. Cool begitulah. Tapi pria ini tidak bahagia. Duh.... bener juga komentar Mimit pada posting Chopard itu ya? Ganteng, kaya & sukses, tapi hidupnya tidak bahagia.
Setiap hari beliau bangun pagi dan merasa sangat muak dengan orang yang tidur di sisinya. Tidak jelas mengapa merasa muak, karena beliau nampaknya bukan orang yang suka menjelek-jelekkan istrinya di depan orang lain (dalam hal ini saya). Saya sendiri menduga, karakter mereka tidak cocok.
Pertengkaran demi pertengkaran terjadi setiap hari, dan menurut pengakuannya, sungguh menguras tenaga. Walaupun begitu, ketika bertemu dengan saya dalam urusan pekerjaan, tidak terlihat tanda-tanda kelelahan itu, yang terlihat tetap vitalitas yang tinggi. Ketika hal ini saya sampaikan pada beliau, katanya beliau memang berusaha keras menutupi masalah pribadinya. Lalu beliau mengaku, lelah sekali hidup dalam kepura-puraan seperti itu.
Hmmm..... lalu beliau bertemu dengan seorang wanita, lebih tua tapi hmmmmm...... ini lho bu fotonya....wow...ternyata cantik sekali. Aduh, hati yang tidak bahagia, perasaan kosong, keinginan untuk dicintai dan diperhatikan, bertemu dengan sosok yang memiliki semua itu. Sayang keduanya sudah menikah.
Tapi pada suatu titik, mereka berdua memutuskan untuk bercerai dari pasangan masing-masing dan menikah. Tapi bercerai tidak mudah. Ada orang tua yang pasti akan kecewa kalau mereka melakukannya, ada anak yang akan menderita.
Kondisi mereka menggantung hingga saat ini, entah sampai kapan. Hmmm..... kisah seperti ini tidak hanya dialami oleh satu orang bapak saja. Setidaknya 3 orang bapak yang saya kenal hidup dalam keadaan seperti ini. Kalau anda bertemu dengannya anda tak akan menduga, karena mereka adalah sosok yang tenang, percaya diri, tidak punya masalah dan pekerja keras. Tapi dibalik itu semua.....hmmm....... pahitnya...
Monday, January 22, 2007
Chopard..........
Saya teringat beberapa tahun yang lalu, Kompas Minggu memuat putrinya Sudwikatmono baru saja membeli jam tangan merek Chopard. Saya tidak tahu apa modelnya seperti yang di samping kiri ini, atau yang di samping kanan, atau model yang lain. Di situ juga diberitakan harga dari jam tangan Chopard itu, yang saya sudah lupa persisnya berapa.
Waktu itu saya ingat sekali membaca korannya di beranda depan rumah saya. Saya lalu melakukan perhitungan matematis antara harga jam tangan itu dengan harga rumah saya. Kalau tidak salah, rumah saya itu harganya sepersepuluh jam tangan itu. Maka waktu itu dengan sangat kagum saya menyimpulkan, bahwa sepotong jam tangan di dunia ini bisa ditukar dengan 10 rumah di kompleks saya yang notabene adalah kompleks kelas menengah di kota Yogya.
Tahun 2004 karena tugas, saya mendapat kesempatan melakukan perjalanan dari Medan, Pematang Siantar, Prapat, Porsea, Siborong-borong, Tarutung, Sibolga, Padang Sidimpuan. Perjalanan yang sangat menyenangkan. Pemandangan di luar jendela mobil luar biasa, terutama ketika melewati Prapat dan menyaksikan danau Toba di sisi kanan.
Tapi sepanjang jalan itu pemandangan juga menyedihkan karena kemiskinan terpampang senyatanya. Perlu diingat, Sumatera Utara bukan provinsi yang miskin. Walaupun demikian, toh pemandangan di luar jendela mobil tetap menyedihkan, terutama antara Sibolga - Padang Sidimpuan. Rumah-rumah kumuh dari kayu seadanya nyaris roboh terlihat sepanjang jalan, anak-anak yang sama kumuhnya dengan rumah mereka, duduk ngelesot di tanah, mengosek-osek tanah............... mengingatkan saya pada sesuatu.
Suami saya adalah penggemar fanatik ayam Bangkok. Halaman belakang rumah saya nyaris tidak bisa dihias sama sekali karena digunakan sebagai kandang ayam dan tempat mengumbar dan melatih ayam-ayam Bangkok itu. Ketika ayam betina diumbar di halaman, mereka senang ngelesot mengosek-osek tanah dan duduk di tengahnya. Anak-anak di Padang Sidimpuan itu (maaf) mirip dengan ayam-ayam betina itu sedangkan rumah mereka (maaf) mirip dengan kandang ayam di belakang rumah saya.
Oh Tuhan, ampuni hambaMu karena telah melakukan analogi-analogi ini. Tapi saya tidak dapat menahan diri untuk tidak melakukannya. Ada manusia yang rumahnya seperti kandang ayam di belakang rumah saya, ada juga manusia yang jam tangannya seharga 10 rumah di kompleks saya.
Senyatanya memang tragis..............
Pesugihan
Mbak Umi, yang bekerja membantu saya di rumah kami, orangnya cantik berasal dari Temanggung. Suaminya penjual bakmi keliling, yang...sumpe dech, nasi gorengnya lumayan enak dan sering dipesan kantor saya untuk hidangan rapat. Mbak Umi adalah guru saya. Banyak sekali yang saya pelajari dari beliau, sisis kehidupan dan pola pikir yang tak terduga.
Suatu hari ketika saya sedang ngetik sesuatu di komputer saya ini, mbak Umi masuk ke ruangan hendak mengepel lantai. Maka mulailah ia bercerita tentang warung makan dekat rumah saya yang sangat laris. Mungkin terlaris di kawasan saya tinggal. Mendengar itu, otomatis saya langsung memaknai larisnya warung itu sebagai keberhasilan sang pemilik menciptakan produk yang diminati pasar (dalam hal ini pasar mahasiswa, karena rumah kami berada di perkampungan mahasiswa). Saya menduga, value added warungnya adalah harga murah, rasa enak dan pelayanan ramah.
Tapi, sambil terus mengepel lantai mbak Umi mengatakan bahwa keberhasilan warung itu karena dukun. Banyak tumbal yang harus dibayar pemilik warung, seperti anaknya yang sakit dan ada yang meninggal. Bahkan para pelayan warungpun tidak mau makan dari warung itu, karena takut akan dijadikan tumbal juga.
Saya terhenyak. Di perkampungan kami yang sarat mahasiswa dan dosen-dosen UGM dan UNY, bahkan Menteri Pendidikan Nasional-pun tinggal di sini, kepercayaan pada pesugihan masih marak. Bukan pada diri mbak Umi seorang saja lho, karena cerita ini sudah marak di kampung. Lalu bagaimana di pelosok yang jauh dari pusat pendidikan?
Haruskah saya merasa jengkel karena fanatisme saya pada rasio mendapat tantangan begini berat? Gregeten saya!
Tapi guru saya mbak Umi adalah karunia Allah yang tak terduga. Dia juga keajaibanNya. Blog ini pastinya masih akan memuat ilmu kehidupan dari guru saya itu.
Sunday, January 21, 2007
Religion without culture.....
Alone at Starbuck
Noor, I'm alone sipping coffee at Starbuck :-( Suasana ramai tapi hati sepi. He's with his family having a party. My heart's broken.
Sedih. The whole story's going to one conclusion: sadness. Perkawinannya tidak bahagia, suaminya tidak tahu bagaimana seharusnya menjadi suami yang ia damba. Lalu bertemulah dia dengan seorang pria tampan, smart, successful scholar, PhD in engineering! Happiness in the beginning, but it faded away. Benarkah cinta itu tidak everlasting?
Sejauh yang saya ketahui, cinta tidak everlasting. Ketika kita sama-sama masih single, lalu pacaran lalu api asmara mulai mereda, hubungan tetap bersemangat karena ada banyak acara menunggu: rencana perkawinan, punya anak, suntik imunisasi, beli rumah, beli mobil, daftar TK, daftar SD, anak sakit, daftar SMP, promosi jabatan, beli TV, daftar SMA, dipanggil guru SMA, pindah kerja, daftar kuliah, lulus, menikahkan, anak hamil, punya cucu, momong cucu, sakit bersama dst...dst... So many program's waiting. Tapi perselingkuhan? Ketika api mereda, what's next? Nothing. Going nowhere........ :-(